Sejarah Banjarejo

Sejarah

Berdasarkan cerita gethok tular yang diceritakan oleh para sesepuh Desa berhasil dirangkai sebuah rangkaian cerita yang diperoleh dari para sesepuh desa Desa Banjarejo dimulai pada tahun 1875 dan pada masa itu ada beberapa wali yang membangun masjid ditanah Sebatur, semua Wali mengerahkan kekuatannya untuk mengambil batu. Bebatuan dibanjar-banjarkan karena waktu sudah menjelang pagi maka masjid tidak dapat dilanjutkan akhirnya Wali berkata jaman yang akan datang rakyat Banjarejo akan Rejo maka harus dinamakan Banjarejo.

Dan setelah kejadian itu datang seorang pendatang bernama Nyai Among Sari dan pada saat itu di Desa Banjarejo dalam keadaan tidak aman karena ada seorang pencuri yang tiap hari selalu membuat huru hara dia selalu memfitnah orang-orang desa pencuri itu bernama Ki Jembrok. Masyarakat resah dengan ulah Ki Jembrok, maka Nyai Among Sari bersama-sama orang-orang mengeroyok Ki Jembrok. Ki Jembrok dipotong-potong oleh orang-orang tapi pada saat orang-orang sedang kenduren tiba-tiba Ki Jembrok muncul. Nyai Among Sari bersama masyarakat Banjarejo kuwalahan menghadapi Ki Jembrok yang sangat sakti.

Nyai Among Sari berpikir bagaimana caranya memusnahkan Ki Jembrok beliau tidak bisa berbuat apa-apa sampai akhirnya Nyai Among Sari minta bantuan kepada kakaknya yaitu Kyai Luruk. Kyai Lurug datang bersama Mbah Kolo Boyo datang dari Ponorogo. Mbah Kolo Boyo adalah sesepuh dari Ponorogo dan di Ponorogo beliau diminta pertolongan oleh penduduk namun karena musuhnya lebih sakti Mbah Kolo Boyopun kalah dan akhirnya pergi untuk bersembunyi dan beliau datang ke sebelah Utara hutan Siberi dan beliau menetap disitu dan memberi nama dusun itu menjadi Sekolo dan menjadi orang yang pertama kali tinggal disitu beliau adalah yang bebak yoso di Sekolo dan menjadi pemimpin di Sekolo dan beberapa tahun kemudian Mbah Kolo Boyo wafat dan dimakamkan di tengah kampung. pada Tahun 1971 dusun Sekolo mengadakan sedekah desa dengan adanya hiburan wayang kulit dengan Ki dalan Islanto dan pada saat itu dusun Sekolo diganti menjadi dusun Rejowinangun dan Mbah Kolo Boyo diganti nama dengan Mbah Suro Menggolo yang mengganti adalah kepala dusun Rejowinangun yaitu pak Kazin. Sedangkan Kyai Luruk pada saat itu datang di Banjarejo karena diminta pertolongan oleh adiknya yaitu Nyai Among Sati, tapi Kyai Lurug minta imbalan kepada Nyai Among Sari, yaitu barang siapa yang menjadi pemimpin Desa Banjarejo harus orang pendatang dan konon yang menjadi pemimpin Desa Banjarejo adalah pendatang dan mengenai permintaan Kyai Luruk, Nyai Among Sari menyanggupinya. Akhirnya Kyai Luruk mendatangi Ki Jembrok dan perkelahian yang sangat sengitpun terjadi karena mereka sangat sakti tapi pada akhirnya Ki Jembrok pun kalah akhirnya Ki Jembrok di potong-potong menjadi tiga oleh Kyai Lurug kakinya dikubur sebelah utara perbatasan Banjarejo dan Sekretek dan gembungnya dikubur di Gemuk Siasem dan kepalanya di warungnya salah satu warga Banjarejo yaitu Jumiati.

Dan setelah kematian Ki Jembrok Desa Banjarejo berangsur-angsur aman tapi saat itu masyarakat masing kurang oangan, sandang maupun papan dan kepimpinan Desa Banjarejo dipimpin oleh Kyai Luruk sedangkan Nyai Among Sari akan mendirikan rumah di sebelau Utara Banjarejo tapi karena tanah yang akan ditempatinya miring beliaupun pergi sambil berkata bahwa barang siapa yang akan menempati tanah ini harus dinamakan Lor Miring Loro Miring dan Kyai Among Sari pun pergi ke arah Selatan Banjarejo akhirnya beliau mendirikan rumah disitu dan memberi nama dusun itu menjadi Sri Gunung tapi lama kelamaan dusun itu diganti menjadi Segunung.

Nyai Among Sari adalah orang yang pertama kali bebak yoso di Segunung dan setelah selang beberapa tahun kemudian Nyai Among Sari pun wafat tapi sampai sekarang tidak diketahui makamnya.

Setelah sebelah utara Banjarejo banyak penghuni diberi nama loro miring tapi banyak penduduk yang sakit-sakitan akhirnya diganti menjadi Banjarejo. Setelah beberapa lama Kyai Luruk menjadi pemimpin di Desa Banjarejo Kyai Luruk pun wafat dan beliau dimakamkan disebelah Barat Desa Banjarejo. Desa Banjarejo pun mengalami kekosongan pemimpin dan tak berapa lama kemudian Nyai Luruk istri dari Kyai Luruk wafat kemudian beliau dimakamkan disebelah Kyai Luruk. Dan makam itu menjadi makam keramat biasanya banyak orang jauh yang datang untuk nyepi dan segala keinginan yang dimintanya tercapai

Setelah beberapa lama Desa Banjarejo mengalami kekosongan pemerintahan, akhirnya penduduk minta salah satu warga untuk menjadi pemimpin karena mungkin perjanjian Kyai Luruk dan Nyai Among Sari semasa beliau hidup barnag siapa yang menjadi pemimpin harus pendatang aknirnya tidak ada salah satu penduduk yang mau menjadi pemimpin, akhirnya datang pendatang yang bernama Mbah Senu beliau datang dari Desa Glahah. Beliau adalah orang pertama kali yang menjadi Kepala Desa di Desa Banjarejo dengan kepemimpinannya Desa Banjarejo berangsur-angsur membaik, tapi kehidupan penduduk Desa Banjarejo masih banyak kekurangan. Bertahun-tahun Mbah Senu menjadi Kepala Desa Banjarejo dan akhirnya Mbah Senu wafat dan kepemimpinan Mbah Senu digantikan oleh manantunya yaitu pak Sahid dari desa Kliris. Desa Banjarejo dipimpin oleh pak Sahid beberapa tahun pak Sahid menjadi Kepala Desa Banjarejo, Desa Banjarejo mengalami banyak kemajuan.

Dan untuk data para Petinggi atau Kepala Desa  dari awal sampai sekarang  sejak berdirinya Desa Banjarejo adalah :

NO

NAMA

JABATAN

PERIODE

KETERANGAN

(L/P)

1

Kyai Lurug

Petinggi

 

L

2

Reso Wijoyo

Petinggi

 

 

3

Senu

Kades

 

L

4

Sahid

Kades

 

L

5

Sugito

Kades

 

L

6

Koesnoto

Kades

1991 - 2007

L

7

Tony Dwi Susanto

Kades

2007 - Sekarang

L